Thursday, June 19, 2014

Terhambat Banjir, Terjebak Macet, dan Tes masuk kuliah Sama Dengan UJIAN KESABARAN

Sungguh hal yang sangat tidak diduga oleh Hani Andini seorang calon mahasiswa yang hendak mengikuti tes SBMPTN di Universitas Bhayangkara (UBHARA), dia harus mengalami kendala yang cukup teramat sangat berat. Karena banjir yang melanda kawasan Juanda Sidoarjo dan juga kemacetan yang terjadi di sekitaran bunderan waru, dia harus terlambat datang di tempat dimana tes diadakan. Sebenarnya jarak dari rumahnya menuju ke tempat tes dapat ditempuh dengan jangka waktu sekitar 30-40 menit saja, namun pada hari Selasa (17/06/2014) lalu ia harus menempuh perjalanan selama 2 jam. Itu semua karena adanya banjir setelah terjadi hujan pada selasa dinihari.
Awalnya dia melewati daerah juanda yang dikira tidak terkena dampak banjir juga, namun perkiraannya ternyata salah. Justru dia harus putar balik kembali menuju ke arah Tropodo, Waru untuk mencari jalan yang cepat menuju UBHARA. Dari Tropodo, dia mencari jalan pintas yang lebih cepat dengan mengambil jalan menuju bunderan waru. Setelah sampai di bunderan waru, ternyata terjadi kemacetan parah disepanjang jalan Ahmad Yani. Sudah bukan lagi dalam kondisi padat merambat, namun kondisi itu lebih cenderung diam dan benar-benar padat. Itu semua karena dampak banjir disekitaran daerah gayungan yang membuat warga semua memilih lewat jalan raya A. Yani.
Dalam kondisi seperti itu, dia sempat mengalami kebingungan karena takut datang terlambat dan tidak diijinkan masuk oleh pengawas ujian. Setelah menempuh perjalanan yang terasa panjang, dan juga harus menerjang kemacetan yang cukup membuat tubuh terasa pegal akhirnya dia bisa tiba dengan selamat, tetapi waktunya terlambat satu jam dari jadwal mulainya tes itu. Jadwal tes sebenarnya dimulai dari jam 9 pagi, namun karena terjebak banjir dan macet,  ia tiba di lokasi pada jam 10 pagi. Dia cukup beruntung, karena tidak hanya dia yang datang terlambat karena hal tersebut, masih banyak lagi calon mahasiswa yang terlambat datang dengan alasan yang sama. Dan sang pengawas pun dengan baik hati memberikan ijin untuk masuk terlambat namun dengan konsekuensi tidak ada tambahan waktu untuk mengerjakan soal tes.
Pengalaman dia yang harus mengejar waktu untuk mengikuti tes ini adalah yang pertama, karena dia merupakan orang yang disiplin sehingga tidak ada alasan bagi dia untuk tidak terlambat. Namun pada hari itu berbeda, karena dia sendiri juga kaget akan banjir dan kemacetan parah yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Setelah dia mengikuti rentetan tes yang berlangsung selama 5 jam, mulai jam 9 pagi hingga jam 2 siang akhirnya dia bisa bernafas lega. Dia merasa sedikit rilex karena sudah tidak akan ada tes lagi dan dia bisa sedikit mengisi liburannya dengan melakukan aktivitas yang lainnya. Namun rasa rilexnya hilang tiba-tiba saat dia mengendarai motornya keluar dari kampus Ubhara untuk kembali pulang ke rumahnya. Dia kembali tercengang karena macet yang sedari tadi masih belum selesai juga, dan itu membuat dia semakin geram dan kesal karena harus berlama-lama lagi di jalanan dalam kondisi terik matahari yang cukup menyengat kulit.
Setelah tiba di rumah dia merasa sedikit lega karena bisa merasakan empuknya kasur untuk beristirahat. Tidak selang berapa lama, orang tuanya pulang dari kerja dan melihat rumah masih berantakan akibat adanya buku-buku yang berantakan setelah dia belajar sebelum berangkat tes. Orang tuanya pun menyuruh dia membereskan buku-buku tersebut dan juga membersihkan rumah. Dia merasa hari itu beban hidupnya sangat berat, karena dia harus mengalami hal-hal yang berat, dia harus melewati banjir, macet, tes yang sulit, dan di rumah pun masih harus bersih-bersih rumah. Tidak ada waktu yang bisa digunakan untuk beristirahat. Selama bersih-bersih dia mengeluh bahwa sepertinya hidupnya ini tidak bisa dibawa senang, karena dia selalu merasa kalau dia selalu mendapatkan apa yang dia tidak sukai.


Dan pada malamnya, dia menyempatkan diri untuk berdoa dan merenungkan apa yang dia alami seharian ini. Ternyata yang dia alami tidak selamanya buruk buat dia, karena setiap hal yang ada dia dunia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Untuk masalah banjir dan macet memang membuat dia merasa capai di jalan, karena harus berlama-lama di jalan, namun setidaknya itu membuat dia mengurangi rasa nervous sebelum menghadapi ujian. Lalu saat ujian itu adalah saat dimana diuji untuk menyatakan kesiapannya menghadapi dunia perkuliahan yang bisa terbilang berat karena jenjang pendidikan yang dijalankan semakin tinggi dan materi yang diberikan akan semakin sulit beda saat dia masih bersekolah di SMA. Lalu untuk bersih-bersih rumah, dia merasa itu adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan penghuni rumah dari penyakit yang tidak diinginkan. Menjaga kebersihan rumah adalah sebagian dari iman. Dengan menjaga kebersihan rumah, rumah akan terlihat bersih, indah, dan akan membuat penghuninya merasa nyaman saat berada di rumah. Dan setelah berdoa dan merenung, dia sempat mengambil kesimpulan, bahwa cobaan yang ia alami seharian ini adalah ujian untuk melatih kesabaran. Begitulah yang ia ceritakan dalam mengalami satu hari yang sulit dan berat untuk melatih kesabaran.

No comments:

Post a Comment