Sungguh
hal yang sangat tidak diduga oleh Hani Andini seorang calon mahasiswa yang
hendak mengikuti tes SBMPTN di Universitas Bhayangkara (UBHARA), dia harus
mengalami kendala yang cukup teramat sangat berat. Karena banjir yang melanda
kawasan Juanda Sidoarjo dan juga kemacetan yang terjadi di sekitaran bunderan
waru, dia harus terlambat datang di tempat dimana tes diadakan. Sebenarnya
jarak dari rumahnya menuju ke tempat tes dapat ditempuh dengan jangka waktu
sekitar 30-40 menit saja, namun pada hari Selasa (17/06/2014) lalu ia harus
menempuh perjalanan selama 2 jam. Itu semua karena adanya banjir setelah
terjadi hujan pada selasa dinihari.
Awalnya
dia melewati daerah juanda yang dikira tidak terkena dampak banjir juga, namun
perkiraannya ternyata salah. Justru dia harus putar balik kembali menuju ke
arah Tropodo, Waru untuk mencari jalan yang cepat menuju UBHARA. Dari Tropodo,
dia mencari jalan pintas yang lebih cepat dengan mengambil jalan menuju bunderan
waru. Setelah sampai di bunderan waru, ternyata terjadi kemacetan parah
disepanjang jalan Ahmad Yani. Sudah bukan lagi dalam kondisi padat merambat,
namun kondisi itu lebih cenderung diam dan benar-benar padat. Itu semua karena
dampak banjir disekitaran daerah gayungan yang membuat warga semua memilih
lewat jalan raya A. Yani.
Dalam
kondisi seperti itu, dia sempat mengalami kebingungan karena takut datang
terlambat dan tidak diijinkan masuk oleh pengawas ujian. Setelah menempuh
perjalanan yang terasa panjang, dan juga harus menerjang kemacetan yang cukup
membuat tubuh terasa pegal akhirnya dia bisa tiba dengan selamat, tetapi
waktunya terlambat satu jam dari jadwal mulainya tes itu. Jadwal tes sebenarnya
dimulai dari jam 9 pagi, namun karena terjebak banjir dan macet, ia tiba di lokasi pada jam 10 pagi. Dia cukup
beruntung, karena tidak hanya dia yang datang terlambat karena hal tersebut,
masih banyak lagi calon mahasiswa yang terlambat datang dengan alasan yang
sama. Dan sang pengawas pun dengan baik hati memberikan ijin untuk masuk
terlambat namun dengan konsekuensi tidak ada tambahan waktu untuk mengerjakan
soal tes.
Pengalaman
dia yang harus mengejar waktu untuk mengikuti tes ini adalah yang pertama,
karena dia merupakan orang yang disiplin sehingga tidak ada alasan bagi dia
untuk tidak terlambat. Namun pada hari itu berbeda, karena dia sendiri juga
kaget akan banjir dan kemacetan parah yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo dan
Kota Surabaya. Setelah dia mengikuti rentetan tes yang berlangsung selama 5 jam,
mulai jam 9 pagi hingga jam 2 siang akhirnya dia bisa bernafas lega. Dia merasa
sedikit rilex karena sudah tidak akan ada tes lagi dan dia bisa sedikit mengisi
liburannya dengan melakukan aktivitas yang lainnya. Namun rasa rilexnya hilang
tiba-tiba saat dia mengendarai motornya keluar dari kampus Ubhara untuk kembali
pulang ke rumahnya. Dia kembali tercengang karena macet yang sedari tadi masih
belum selesai juga, dan itu membuat dia semakin geram dan kesal karena harus
berlama-lama lagi di jalanan dalam kondisi terik matahari yang cukup menyengat
kulit.
Setelah
tiba di rumah dia merasa sedikit lega karena bisa merasakan empuknya kasur
untuk beristirahat. Tidak selang berapa lama, orang tuanya pulang dari kerja
dan melihat rumah masih berantakan akibat adanya buku-buku yang berantakan
setelah dia belajar sebelum berangkat tes. Orang tuanya pun menyuruh dia
membereskan buku-buku tersebut dan juga membersihkan rumah. Dia merasa hari itu
beban hidupnya sangat berat, karena dia harus mengalami hal-hal yang berat, dia
harus melewati banjir, macet, tes yang sulit, dan di rumah pun masih harus
bersih-bersih rumah. Tidak ada waktu yang bisa digunakan untuk beristirahat.
Selama bersih-bersih dia mengeluh bahwa sepertinya hidupnya ini tidak bisa
dibawa senang, karena dia selalu merasa kalau dia selalu mendapatkan apa yang
dia tidak sukai.
Dan
pada malamnya, dia menyempatkan diri untuk berdoa dan merenungkan apa yang dia
alami seharian ini. Ternyata yang dia alami tidak selamanya buruk buat dia,
karena setiap hal yang ada dia dunia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sendiri-sendiri. Untuk masalah banjir dan macet memang membuat dia merasa capai
di jalan, karena harus berlama-lama di jalan, namun setidaknya itu membuat dia
mengurangi rasa nervous sebelum
menghadapi ujian. Lalu saat ujian itu adalah saat dimana diuji untuk menyatakan
kesiapannya menghadapi dunia perkuliahan yang bisa terbilang berat karena
jenjang pendidikan yang dijalankan semakin tinggi dan materi yang diberikan
akan semakin sulit beda saat dia masih bersekolah di SMA. Lalu untuk
bersih-bersih rumah, dia merasa itu adalah hal yang sangat penting untuk
menjaga kesehatan penghuni rumah dari penyakit yang tidak diinginkan. Menjaga
kebersihan rumah adalah sebagian dari iman. Dengan menjaga kebersihan rumah,
rumah akan terlihat bersih, indah, dan akan membuat penghuninya merasa nyaman
saat berada di rumah. Dan setelah berdoa dan merenung, dia sempat mengambil
kesimpulan, bahwa cobaan yang ia alami seharian ini adalah ujian untuk melatih
kesabaran. Begitulah yang ia ceritakan dalam mengalami satu hari yang sulit dan
berat untuk melatih kesabaran.
No comments:
Post a Comment